“Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah…. Tetapi Petrus berkata: ‘Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazareth itu, berjalanlah.’” (Kisah 3:1-6).
Suatu hari Thomas Aquinas, ahli filosofi besar di Zaman Pertengahan, mengunjungi Paus Innocent IV. Sang Paus membawa Aquinas tur keliling mengagumi kekayaan gereja, tumpukkan tinggi harta benda. “Anda lihat, Thomas,” sang Paus tersenyum, “gereja tidak lagi bisa berkata, ‘Emas dan perak tidak ada padaku.’” “Ya, Bapa,” Aquinas menjawab, “tetapi gereja juga tidak bisa berkata, ‘Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!’”
Saya rasa dari standar mana pun sekarang ini, gereja itu kaya. Tetapi dimana kah kuasa Kristus yang telah bangkit itu di tengah-tengah kita? “Emas dan perak tidak ada padaku”—bukankah kita harus menghafalkan pernyataan terkenal Petrus itu ketika kita masih anak-anak di sekolah Sabat? “Tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (ayat 6). Dari manakah kuasa di balik perintah menggelegar yang telah menyembuhkan pengemis lumpuh sejak lahir?
Rahasia bagi gereja, sejak permulaan dan pada akhirnya tetap sama. “Waktu berdoa” itulah waktu yang berkuasa. Petrus dan Yohanes sedang dalam perjalanan menuju pertemuan doa—itu benar, baca ayatnya kembali—ketika orang lumpuh itu disembuhkan. Dia bisa saja tidak disembuhkan kalau saja orang-orang itu bukan hendak berdoa. Mereka itu tidak ada bedanya dari kita. Mereka memiliki setumpuk tugas mendesak lainnya, saya yakin. Tetapi tidak ada yang lebih penting bagi misi kita daripada doa.
Itu membuat Anda bertanya-tanya bukan? Jika kita sendiri benar-benar mempercayainya, bukankah kita akan berdoa sepanjang waktu? “Doa adalah kekuatan paling kuat di bumi. Cukup dari kita, jika kita cukup berdoa, bisa menyelamatkan dunia—jika kita cukup berdoa” (Wesley Duewel, Mighty Prevailing Prayer, hlm.153). tetapi apakah kita cukup berdoa? Apakah kita bahkan berdoa untuk orang-orang yang hilang? Mungkinkah John Dawson benar: “Doa manusia dapat mengubah sejarah dengan melepaskan pasukan malaikat ke bumi. Jika kita sungguh-sungguh memahami kebenaran ini, maka kita berdoa dengan intesitas, dan kita akan berdoa secara terus-menerus” (Taking Our Cities for God, hlm. 140). Dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan-lihat saja gereja mula-mula.